KOPI, bukan sekadar minuman penghilang kantuk. Tiga merek kopi yang sudah dikenal sejak puluhan tahun lalu ini menjadi favorit pelanggannya hingga berganti generasi. Katanya, rahasia ada pada rasa yang tak pernah berubah meskipun zaman sudah berganti.
Kopi Aroma Simpanan 8 Tahun
Sejak didirikan sang ayah, Tan Houw Sian tahun 1930, pabrik Kopi Aroma di Jln. Banceuy, Bandung, masih utuh berdiri hingga saat ini. Widyapratama (57) atau akrab disapa Widya, mewarisi pabrik kopi itu pada 1971, saat ayahnya meninggal dunia. Sang ayah tidak mendadak mendirikan pabrik kopi yang ia beri nama Aroma Koffie tersebut. Tan Houw Sian merintisnya setelah bekerja bertahun-tahun di sebuah pabrik kopi milik orang Belanda. Selama itu juga, ia belajar bagaimana mengolah biji kopi agar menjadi kopi unggul. Setelah memiliki cukup modal, Tan Houw Sian pun mendirikan pabriknya sendiri yang berdiri di atas lahan seluas 1.300 meter persegi.
Cara pengolahan kopi pun tidak sembarangan. Sebelum biji kopi itu diproses hingga menjadi bubuk kopi, terlebih dahulu biji-biji tersebut disimpan di dalam gudang selama bertahun-tahun. Alasannya, untuk mengurangi kadar asam yang dapat menyakiti lambung. Cara ini masih dipertahankan oleh Widya hingga sekarang, “Untuk biji kopi Arabika disimpan dulu selama 8 tahun, sedangkan Robusta 5 tahun,” kata Widya yang juga berprofesi sebagai dosen ini. Konon, semakin panjang masa penyimpanan biji kopi, semakin rendah juga kadar kafein yang terkandung. Hasilnya, perut tak kembung dan tak ada rasa asam yang tertinggal di tenggorokan. Kadar asam pada kopi bisa turun hingga tinggal 2 - 3 persen.
Buah kopi yang dipetik juga tidak bisa sembarangan. Kopi aroma hanya menggunakan buah kopi yang sudah merah alias buah kopi yang sudah tua dan siap diproses. Untuk mempertajam aroma kopi, Widya masih mempertahankan bahan bakar mesin yang digunakan sejak dulu, yaitu kayu pohon karet. Meskipun ia mengaku sedikit lebih repot karena membutuhkan waktu lebih lama, tapi ia tetap melakukannya, “Selain kopi jadi wangi, petani karet juga jadi diuntungkan,” jelas Widya yang tak segan memperlihatkan proses pembuatan kopi pada siapa saja yang berminat.
Kopi yang ia produksi, yang bisa bertahan selama tiga bulan tersebut, tak hanya nikmat sebagai teman sarapan pagi, tapi juga memiliki khasiat bagi kesehatan. Kopi arabika misalnya, berguna untuk membantu pengidap jantung atau darah tinggi. Sedangkan kopi robusta yang mengandung antioksidan dua kali lipat dari arabika berkhasiat untuk penderita diabetes dan tekanan darah rendah. “Bahkan untuk penderita diabetes yang punya luka, kalau bubuk kopinya ditabur di atas lukanya bisa cepat sembuh”. Khasiat kopi arabika juga dapat membantu anak-anak yang punya penyakit step alias kejang. Untuk kaum hawa, robusta bisa meningkatkan daya ingat. Kopi Aroma ternyata juga punya khasiat memperlancar peredaran darah.
Menyeduh kopi juga ada seninya. Widya mengajarkan bagaimana menyeduh kopi agar aromanya semakin kuat. “Caranya, kopi diberi air mendidih, hingga buihnya keluar baru diberi gula sedikit,”. Untuk membuat kopi susu pun ada caranya, “Susu diberi kopi, jangan kopi diberi susu, kalau kopi diberi susu nanti fungsi kopinya bisa hilang karena susu adalah penetral,”.
Jika mampir di Bandung, sempatkanlah membeli kopi Aroma. Harga untuk sekilo kopi cukup terjangkau. Harga dibandrol Rp 52 ribu untuk kopi Arabika, dan Rp 42 ribu untuk kopi Robusta. Sesuai amanah mendiang sang ayah yang selalu diingatnya, “Jangan menjual terlalu mahal agar semua orang bisa menikmati.”
sumber kompas
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar