welcome

terima kasih sudah mengunjungi blog saya

21 Mei 2010

Sop Daging Bang Mamat, Rasanya Berani!

Siapa tak kenal sop daging Bang Mamat? Bagi penikmat kuliner sejati, nama sop daging Bang Mamat popularitasnya sudah tak asing lagi di telinga.

Rasanya yang lezat dan racikan bumbunya yang khas membuat Warung Sop Lembur Kuring Bang Mamat tak pernah sepi dari pembeli. Bahkan, jika pada hari kerja, utamanya saat makan siang, warung yang berada di ruko tidak jauh dari Kantor Wilayah Kementerian Agama dan Suku Dinas Kebersihan Jakarta Barat ini seakan tak mampu menampung banyaknya pelanggan yang datang.

Usut punya usut, sop daging yang menjadi menu andalan warung Bang Mamat begitu digemari karena olahan dagingnya yang lembut dan kuah yang sedap dinikmati lidah.

Kalau tidak suka dengan sop daging, pembeli juga bisa memilih isi sop dengan berbagai jenis jeroan. Begitupun dengan kuahnya bisa juga memesan yang bersantan atau berkuah bening.

"Silakan dipilih saja sesuai dengan selera," ujar Bang Mamat yang selalu setia melayani pelanggannya, Senin (10/5/2010).

Untuk menambah keragaman menu yang dijual, warung berukuran 12 meter x 5 meter dengan empat meja makan itu juga menyediakan soto ayam dan berbagai jenis minuman segar.

Soal harga, tak perlu khawatir karena yang dipatok Bang Mamat masih bisa ditoleransi kantong. Untuk satu mangkok sop daging murni plus nasi putih, Bang Mamat membanderol Rp 25.000. Sementara sop campuran plus nasi putih Rp 22.000 dan sop berisi jeroan Rp 18.000.

"Harganya masih dalam batas toleransi. Yang penting kan pelanggan puas," kata Bang Mamat sambil promosi.

Soal asal-usul warung sopnya, Bang Mamat yang terlahir dengan nama Ahmad Yusuf ini mengisahkan, usahanya berawal dari sebuah warung tenda di pinggir Jalan Perdana Jelambar, Jakarta Barat, sekitar tahun 1999.

Dia yang waktu itu hanya dibantu istrinya hampir menyerah berdagang sop karena selama satu tahun berjualan dagangannya jarang dilirik pembeli. Kalaupun ada pembeli yang datang, paling hanya satu dua orang saja dan tidak pernah jadi pelanggan tetap.

"Waktu awal buka sempat mau tutup karena tiap hari dagangan tidak pernah habis. Yang ada malah nombok," kata Bang Mamat mengenang kisah hidupnya.

Namun, Bang Mamat tak lantas menyerah begitu saja. Setelah melakukan penjelajahan ke sejumlah warung sop yang ada di Jakarta, Bang Mamat coba meracik bumbu kuah dengan menggunakan falsafah berani bumbu. Sementara dia hanya menggunakan yang masih segar untuk daging atau jeroan yang diolah agar empuk dan renyah.

"Saya coba beberapa kali dan setelah oke baru saya mulai jual. Eh, sambutan pembeli ternyata cukup bagus. Memang sih waktu itu promosinya masih dari mulut ke mulut," tutur Bang Mamat.

Tahun berganti tahun, jerih payah Bang Mamat kini membuahkan hasil. Setidaknya, dalam satu hari dia harus menyiapkan hingga 5 kilogram daging segar dan 5 kilogram jeroan segar. Bahkan, kadang jumlah itu tidak cukup kalau para pegawai yang bekerja di Kantor Wilayah Kementerian Agama dan Suku Dinas Kebersihan Jakarta Barat menggelar suatu acara.

"Ya, karena kami dekat dengan kantor itu, pelanggan tetapnya pegawai dari situ. Tetapi, ada saja yang datang dari daerah lain untuk mencoba sop saya," ujarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar