welcome

terima kasih sudah mengunjungi blog saya

21 Mei 2010

Tablanusu dan Festival Danau Sentani 2010

Berkunjung ke ujung timur Indonesia itu, bumi Papua, sekarang bukan lagi hal yang meragukan atau membingungkan oleh kurangnya informasi. Karena sekarang pemerintah daerah Papua telah berbenah diri dan menyadari potensi keindahan wisata yang dimilikinya.

Kini telah hadir Kampung Wisata Tablanusu. Dari Bandar Udara Sentani hanya berjarak 45 km dan Kampung Tablanusu dapat ditempuh 30 menit dengan kendaraan darat ke Depapre dan 10 menit naik perahu.

Sepanjang jalan kita akan melintasi tempat bersejarah yaitu pelabuhan pendaratan tentara sekutu Amerika Serikat pada perang Dunia ke II. Kita bisa melihat sisa-sisa peninggalan tentara sekutu karena kampung ini pernah menjadi salah satu basis tentara sekutu di kawasan timur Indonesia. Landasan meriam dan dermaga bekas pendaratan tentara sekutu adalah di antara sisa-sisa Perang Dunia II yang masih dapat dijumpai di sini. Ini salah satu bukti sejarah yang menyempurnakan Kampung Tablanusu menjadi daerah yang sangat berpotensi untuk menjadi “Desa Wisata.”

Tablanusu adalah sebuah Kampung di Distrik Depapre Kabupaten Jayapura. Terletak di pinggiran pantai, mempunyai pesona alam yang sangat indah. Di sepanjang pantai dan kampung Tablanusu terdapat “batu alam hitam” yang menjadi kelebihan Tablanusu dari kampung lain di Papua. Tablanusu berasal dari kata “Tepuaonusu” yang memiliki arti: Tepera adalah nama sebuah suku dan Onusu artinya Turunnya Matahari (sunset).

Selain Batu Alam Hitam, Tablanusu juga mempunyai dua buah pulau kecil tidak berpenghuni, menurut cerita konon pulau ini timbul dari akibat terjadinya Tsunami. Pulau yang ditempuh dengan berperahu hanya beberapa menit saja ini, ditumbuhi tanaman Anggrek yang menjadi khas Papua. Pulau tersebut juga menjadi persinggahan dari berbagai macam jenis burung. Burung-burung itu hinggap berjejer di ranting pepohonan dan membentuk sebuah pemandangan yang indah menjelang matahari terbenam.

Hamparan pantai Tablanusu bagaikan sebuah teluk kecil sehingga sejauh mata memandang akan melihat keindahan kampung. Dengan luas 230,5 hektar, kampung Tablanusu memiliki populasi penduduk 402 orang yang terdiri dari 230 orang pria dan 172 orang wanita oleh 10 suku.

Di pantai dengan laut yang bening dan tenang mampu memuaskan wisatawan yang ingin berenang atau menyelam. Ketika menyelam, wisatawan dapat melihat kekayaan bawah lautnya, seperti terumbu karang yang masih terjaga kelestariannya dan aneka jenis ikan yang berenang secara bergerombolan. Bila beruntung, di sini wisatawan dapat melihat ikan hiu.

Bagi yang berhasrat mencari ikan bersama nelayan di daerah ini, datanglah ke Pantai Tablanusu pada malam hari. Sebagaimana nelayan pada umumnya, nelayan di sini juga pergi melaut pada malam hari, terutama pada saat langit gelap. Sebab, pada waktu itulah ikan lebih mudah ditangkap. Selain mengandalkan kail dan tombak, nelayan di kawasan ini kerap pula mencari ikan dengan cara menyelam hingga ke dasar laut ditemani cahaya senter.

Festival Danau Sentani 2010

Danau Sentani berada 70-90 m di atas permukaan laut. Terletak juga di antara pegunungan Cyclops. Merupakan danau Vulkanik. Sumber airnya berasal dari 14 sungai besar dan kecil dengan satu muara sungai, Jaifuri Puay. Di wilayah barat, Doyo lama dan Boroway, kedalaman danau sangat curam. Sedangkan sebelah timur dan tengah, landai dan dangkal, Puay dan Simporo. Disini juga terdapat hutan rawa di daerah Simporo dan Yoka. Dalam beberapa catatan disebutkan, dasar perairannya berisikan substrat lumpur berpasir (humus). Pada perairan yang dangkal, ditumbuhi tanaman pandan dan sagu. Luasnya sekitar 9.360 Ha dengan kedalaman rata rata 24,3 meter. Di sekitaran danau ini terdapat 24 kampung.

Kota Sentani yang terletak di Kabupaten Jayapura menyimpan banyak sekali keindahan alam, agar nilai-nilai adat dan budaya, seni suku-suku di sekitar kawasan Danau Sentani tidak ikut memudar di makan zaman, festival Seni Budaya Sentani dianggap perlu diselenggarakan.

Festival Budaya Danau Sentani 2010 akan diselenggarakan pada tanggal 19-23 Juni 2010 di Kawasan Wisata Kalkote danau Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua. Event Ini merupakan festival budaya dari beberapa kampung (Ondoafi) di sekitar Danau Sentani dan beberapa Kabupaten di Papua sebagai salah satu dari upaya Kabupaten Jayapura untuk mendukung Program Pemerintah Republik Indonesia untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke Indonesia.

Festival Danau Sentani 2010 ini dimaksudkan untuk melestarikan nilai-nilai budaya sebagai aset unik dari Ondoafi dan dijadikan satu paket wisata yang dapat dinikmati oleh para wisatawan domestik dan asing. Pada festival ini akan ditampilkan budaya yang sangat unik sebagai warisan dari nenek moyang (Ondoafi atau Ondofolo) antara lain seperti Tari Perang di atas perahu dan tarian-tarian tradisional lainnya dari berbagai suku yang ada di Kabupaten Jayapura ditambah lagi dengan budaya dari daerah-daerah lain di Papua dan juga daerah lainnya di Indonesia yang mempunyai ciri hampir sama dengan Danau Sentani seperti masyarakat di sekitar Danau Toba di Sumut, Danau Mindanao di Sulawesi Utara, Danau Tempe di Sulsel dan sebagainya.

Konsultan Pariwisata Jayapura, Mian Simanjutak mengatakan hal itu kepada Antara, Senin (1/2/2010) bersama dengan Bupati Jayapura Habel Melkias Suwae. Menurut Mian, festival yang akan menampilkan berbagai budaya yang ada di Jayapura itu memang bertujuan untuk menjadikan daerah itu sebagai salah satu tujuan wisata. “Di saat Jayapura menjadi tujuan wisata nantinya, maka masyarakat sudah siap menerimanya sehingga bisa memberikan manfaat langsung kepada masyarakat,” ujarnya.

Ia mengatakan, sebagian masyarakat belum siap menerima kedatangan wisatawan sehingga masih dibutuhkan waktu lagi untuk menyadarkannya akan pentingnya wisata. “Jangan sampai nantinya masyarakat hanya akan menjadi penonton saat wisatawan asing datang. Jika itu yang terjadi maka masyarakat justru melakukan tindakan negatif, misalnya merusak obyek wisata,” ujarnya.

Sementara Bupati Jayapura Habel Melkias Suwae menambahkan, salah satu atraksi budaya yang pernah ditampilkan di festival itu (tahun 2008 dan 2009) adalah menari di atas perahu sebagai bagian dari budaya adat Sentani. Menari di atas perahu itu membutuhkan kemampuan khusus sebab bisa menyebabkan perahu oleng dan tercebur ke air. Menari di atas perahu itu biasanya dilakukan saat warga membawa kayu yang akan dipakai untuk membuat rumah pertemuan adat.

Selain itu, ada atraksi merokok di atas air yang dilakukan oleh wanita yang tinggal di sekitar Danau Sentani. Kegiatan merokok itu dilakukan untuk melawan rasa dingin saat mereka menyelam danau untuk menangkap ikan.

“Sebelum masuk ke danau, wanita itu merokok lalu bagian apinya dimasukkan ke dalam mulut. Dengan api rokok dalam mulut mereka masuk ke dalam danau untuk menangkap ikan,” katanya.

Ketua Panitia FDS 2010, Ir. Anna Saway mengatakan FDS kali ini akan menampilkan 3 konsep seperti pagelaran, pameran dan tour. Selain itu, Festival Budaya yang berbasis masyarakat, karena masyarakat yang akan berperan didalamnya, dengan menampilkan hasil kerajinan maupun kuliner khas Papua.

Ada pun beberapa rincian kegiatannya adalah tarian kolosal Papua, lomba budaya, lomba olahraga air, gema tifa kolosal, promosi dan pameran potensi ekonomi, kuliner khas Papua dan nusantara, kerajinan rakyat Papua, pesona anggrek dan tanaman hias khas Papua, field trip keliling danau Sentani, field trip kampung wisata laut Tablanusu, seremoni tugu sejarah perang dunia II Jepang di Genyem, pesona kembang api di atas Danau Sentani.

Perlombaan seni budaya dan olah raga air antara lain lomba perahu hias, lomba ukir, lukis dan disain rumah adat, lomba anyam rambut dan tattoo tradisional, pidato berbahasa daerah, lomba dayung, selam dan renang di Danau Sentani.

Pagelaran seni budaya menggelar antara lain berbagai tarian tradisional dan sendra tari “kaping-kaping rahasia awal Danau Sentani” di pelataran atau di atas perahu oleh masyarakat adat dengan ritme keunikan masing-masing dan penampilan secara kolosal diiringi musik rakyat, suling, tambur dan lagu rakyat dengan aneka permainan rakyat termasuk tarian nusantara yang ditampilkan selama 5 hari penuh.

Sebagai tema yang dipakai kali ini adalah Loving Culture For Our Future. Cinta Budaya Untuk Masa Depan kita yang dimotivasi oleh kecintaan terhadap keberadaan manusia melalui penguatan karakter budaya sebagai bagian hidup. Semoga acara berjalan dengan baik, seperti yang diharapkan oleh Bupati Jayapura, Habel Melkias Suwae agar kiranya acara ini untuk kepuasan semua pihak dan kekerabatan sesama kita, serta kekerabatan kita dengan alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar