PT Pertamina memperluas pemasaran biodiesel ke konsumen industri. Perseroan menargetkan pemasaran bahan bakar nabati untuk keperluan transportasi dan industri menjangkau seluruh wilayah Pulau Jawa dan Bali pada tahun 2009.
Direktur Utama PT Pertamina Ari H Soemarno, Selasa (11/11), dalam peresmian di Depo Pertamina Plumpang, mengemukakan, momentum turunnya harga bahan bakar nabati menjadi kesempatan memperluas pemakaiannya di dalam negeri. ”Sampai pertengahan 2008 banyak permintaan ekspor biodiesel sehingga Pertamina kesulitan memperluas pemakaian,” katanya.
Mulai 1 November, Pertamina sudah memasarkan biodiesel ke 20 industri yang ada di DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten. Volume yang dipasarkan sekitar 1.500 kiloliter.
Pertamina mulai memasarkan bahan bakar nabati untuk keperluan transportasi tahun 2006. Bahan bakar nabati yang dipasarkan adalah Biosolar yang menggunakan campuran fatty acid methyl ester (FAME) serta Biopremium dan Biopertamax yang menggunakan campuran etanol.
Pertamina memperluas pemasaran bahan bakar nabati karena Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 32 Tahun 2008 mewajibkan hal itu. Ditargetkan, sampai tahun 2009, seluruh badan usaha niaga umum yang memasarkan bahan bakar ke konsumen industri dan komersial minimal menjual bahan bakar nabati 2,5 persen dari total volume keseluruhan.
Menurut Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro, bila volume bahan bakar nabati bisa 10 persen dari total volume bahan bakar nasional, tiap tahun dibutuhkan bahan bakar nabati 3,4 juta kiloliter. Jumlah itu untuk pemakaian industri, transportasi, dan pembangkit listrik. Kapasitas produksi bahan bakar nabati saat ini 2,5 juta kiloliter.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar