welcome

terima kasih sudah mengunjungi blog saya

21 Mei 2010

Knalpot Ubah Minyak Kelapa

Inovasinya bertolak dari keprihatinan karena nelayan di daerah terpencil sering kesulitan bahan bakar untuk motor diesel perahu mereka. Padahal, di wilayah pesisir, banyak terdapat buah kelapa yang bisa digunakan sebagai substitusi bahan bakar nabati.

Jadilah sebuah inovasi pengubah minyak kelapa menjadi setara solar. Ketua Departemen Teknik Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) Desrial mengembangkan inovasi tersebut dengan memanfaatkan suhu knalpot untuk mengubah kekentalan minyak kelapa agar sama dengan solar.

”Minyak kelapa memiliki kekentalan 50 sampai 60 centi-Stokes (cSt), sedangkan solar 5 cSt. Pada suhu berkisar 80 sampai 90 derajat celsius derajat kekentalan minyak kelapa sama dengan solar,” kata Desrial, Rabu (19/5/2010) di Bogor.

Gas buang pada knalpot menyebabkan suhu melimpah sampai 350 hingga 360 derajat celsius. Desrial memanfaatkan koil pendingin untuk menurunkan temperatur suhu knalpot.

”Tinggal diatur penempatan koil pada batang knalpot hingga memperoleh keluaran suhu berkisar 80 sampai 90 derajat celsius, kemudian untuk memanaskan minyak kelapa,” kata Desrial.

Minyak kelapa dengan suhu 80 sampai 90 derajat celsius pun siap dikabutkan ke ruang pembakaran mesin diesel. Layaknya solar, minyak kelapa itu menjadi mudah terbakar dan menghasilkan energi gerak mesin.

Teknologi tidak mahal

Inovasi Desrial menggapai prinsip teknologi tidak harus mahal. Desrial menghitung, biaya yang dibutuhkan hanya sekitar Rp 100.000 untuk membeli koil pendingin dan memodifikasi knalpot mesin diesel menjadi konverter minyak kelapa.

Harga minyak kelapa sendiri tentu memiliki standar berbeda-beda. Ini tergantung kemudahan memperoleh bahan baku kelapa. Masyarakat pesisir yang memiliki kelapa melimpah jika memproduksi minyak kelapa tentu akan jauh lebih murah dibandingkan di tempat lainnya.

Kebutuhan untuk membuat minyak kelapa satu liter sekitar 20 butir kelapa. Cara pembuatannya bermacam-macam.

Teknologi paling murah dengan cara mengolah daging buah kelapa segar. Daging kelapa diparut dan diperas menjadi santan. Kandungan santan berupa minyak (lemak) dan air kemudian dipisahkan.

Pemisahannya dengan cara pengendapan atau pemanasan. Pada lapisan atas dengan kandungan minyak, sedangkan lapisan tengah berupa protein. Pada lapisan paling bawah berupa air yang harus dibuang.

Pemisahan dengan pemanasan untuk menghilangkan kandungan air yang lebih cepat mendidih dan menguap.

Cara lain memperoleh minyak kelapa dengan mengeringkan daging kelapa terlebih dahulu. Ini disebut kopra.

Kopra memiliki kandungan minyak 34,7 persen. Kopra lalu dipotong kecil-kecil. Kemudian dengan pengepresan potongan kopra tersebut akan dihasilkan minyak kelapa.

Minyak kelapa yang terkumpul kemudian diendapkan dan disaring. Hasil penyaringan kemudian diberi senyawa alkali kalium hidroksida (KOH) atau natrium hidroksida (NaOH) untuk menghilangkan asam lemak bebas. Untuk menjernihkannya digunakan penyerap warna berupa arang (karbon) aktif.

”Teknologi yang saya kembangkan untuk pemanfaatan minyak kelapa secara langsung yang mudah diaplikasikan petani atau nelayan, ” ujar Desrial.

Minyak kelapa pun dapat diubah 100 persen menjadi biodiesel atau kokodiesel. Pemanfaatannya tidak perlu menggunakan konverter, tetapi biaya produksinya relatif mahal.

Kokodiesel harganya sekitar Rp 10.000 per liter, sedangkan minyak kelapa bisa jauh di bawah harga tersebut.

Konservasi

Lebih jauh dari sekadar inovasi substitusi solar bagi nelayan adalah gagasan konservasi pesisir. Bagi Desrial, pohon kelapa merupakan bagian ekosistem penting pesisir.

Pohon kelapa di darat memiliki fungsi penahan gelombang tsunami. Zonasi yang harus dipertahankan berikutnya menuju laut berupa mangrove, padang lamun, dan terumbu karang.

Pohon kelapa bisa tumbuh hampir di setiap pulau di Indonesia berguna untuk alternatif bahan bakar pada masa mendatang.

Bahan bakar solar tidak terbarukan, kerap pula mengalami kendala distribusi ke wilayah-wilayah terpencil. Nelayan sebagai pelanggan setia solar mesti bersiap diri menghadapi kelangkaan solar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar