Seberapa besar makna kepedulian masyarakat terhadap kawasan Kota Tua bergantung pada seberapa besar apresiasi masyarakat terhadap apa yang dinamakan sebagai kawasan bersejarah. Jika masyarakat menganggap kawasan Kota Tua Jakarta sekadar tempat kongkow; taman berkumpul melakukan berbagai kegiatan yang tidak bisa mereka lakukan karena kampung besar ini kekurangan taman untuk orang bermain sepak bola, skateboard; atau sebagai ajang foto berlatarbelakang abad 17 dan 18 bisa jadi apresiasi masyarakat memang baru sampai titik itu.
Tidak ada yang salah sebenarnya. Namun, jika apresiasi itu kemudian ditambah dengan pemahaman tentang latar belakang keberadaan kawasan, kanal, dan gedung tua di sana, rasanya apresiasi tadi bisa lebih ditingkatkan. Mengetahui bahwa kawasan itu punya kisah panjang kejayaan Jakarta masa lalu, mendapat gambaran bahwa gedung yang kini menjadi Museum Sejarah Jakarta itu dibangun tahun 1700-an, mengenal kanal kotor yang membelah Jalan Kalibesar Timur dan Barat dari tahun 1600-an, pengetahuan tentang biaya mahal untuk pembenahan Taman Fatahillah dan kanal di Kalibesar, serta pemahaman sederhana tentang pentingnya semua itu bagi wisata Jakarta.
Apalagi jika apresiasi itu ditambah lagi dengan pemahaman tentang pentingnya membenahi lingkungan kawasan, rasanya Kota Tua Jakarta bisa menjadi tempat wisata yang lebih nyaman khususnya bagi wisatawan mancanegara yang lebih suka berjalan kaki, atau bagi wisatawan lokal yang ingin berkeliling dengan sepeda.
Sosialisasi yang terus-menerus menjadi jawaban bagi terciptanya Kota Tua Jakarta yang lebih layak untuk dijual. Media baik cetak maupun elektronik menjadi sarana jitu sosialisasi berbagai pemahaman yang perlu ditanamkan bagi seluruh warga Jakarta dan sekitarnya.
Dalam tulisan ini sekali lagi Warta Kota hendak mengajak pembaca untuk lebih peduli dan berapresiasi dengan pemahaman pada upaya, antara lain, menciptakan keberlangsungan kawasan bersejarah sebagai kawasan wisata yang nyaman dan menciptakan lingkungan yang bersih. Jika pemerintah sudah membuat aturan, kendaraan dilarang melintas di Jalan Kalibesar Timur 3 dan Jalan Kunir sisi selatan, Jalan Pos Kota, maka sebagai manusia yang berakal budi, jauhilah jalan-jalan itu. Khususnya bagi pengguna sepeda motor. Jangan korbankan lahan sempit, di atas trotoar, tempat orang berjalan sebagai jalur sepeda motor demi kenyamanan diri sendiri.
Pengendara motor yang hendak menikmati Taman Fatahillah dianjurkan untuk tidak egois dengan memaksakan kehendak, yaitu membawa serta motor ke dalam taman. Memaksa dengan memotong rantai besi yang sudah dipasang untuk mencegah motor masuk taman, atau menggulirkan batu besi agar ada celah buat motor akan menambah kerusakan parah pada lantai andesit taman. Mulailah ikut serta menciptakan lingkungan kawasan yang bersih dan aman bagi peninggalan yang ada di kawasan bersejarah beserta gedung-gedung tua di sana. Buanglah sampah pada tempatnya.
Upaya penutupan sebagian kecil jalan, bagi kendaraan bermotor, di kawasan Kota Tua yang sudah dimulai sekitar satu bulan ini perlu diacungi jempol. Sebuah upaya awal yang membantu pelestarian kawasan bersejarah dan menciptakan kawasan wisata yang nyaman dan aman. Mari, mulailah berbudaya sopan dan menghargai peninggalan sejarah.
sumber kompas
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar