welcome

terima kasih sudah mengunjungi blog saya

25 Mei 2010

Kebijakan Pembatasan BBM di Mata Rakyat

Rencana kebijakan pembatasan BBM dengan menggunakan smart card atau kartu kendali menimbulkan kegemasan masyarakat. Mereka menilai bahwa pemerintah tak serius mengurusi negara dan akhirnya malah memberatkan rakyat.

Banyak anggota masyarakat yang mulai ketar-ketir menjelang diterapkannya kebijakan ini. Tak terkecuali para pemilik Stasiun Pengisian Bahan Bakar (SPBU) di DKI Jakarta. Salah seorang pemilik SPBU di bilangan Cawang yang tidak ingin disebut namanya menuturkan, bahwa dia baru mendengarkan materi kebijakan dan rencana pelaksanaannya melalui media massa. Sampai saat ini ia mengaku belum ada sosialisasi formal dari pemerintah.

“Kita belum siap! Mekanismenya aja kita belum tahu. Nanti malah bikin pusing. Yang kita pikirkan kan komplain dari masyrakat. Kita belum siap dan saya pikir pemerintah juga enggak siap,” ujarnya kesal. Menurutnya, pemerintah terlalu memaksakan kehendak untuk menerapkan kebijakan ini dan tidak berpihak kepada masyarakat.

Hal senada diungkapkan Firman, Kepala Operasional salah satu SPBU di kawasan Kemandoran, Jakarta Selatan. Ia mengatakan bahwa dia tidak mengetahui dengan jelas apa isi kebijakan tentang pembatasan BBM. “Yang saya tahu dari televisi, nanti akan ada pembatasan BBM. Tapi, saya tidak tahu mekanismenya bagaimana. Nanti tunggu perintah dari atasan lagi,” ujarnya.

Kedua pelaku bisnis bahan bakar ini sama-sama mengkhawatirkan mekanisme pelaksanaan kebijakan di lapangan nantinya. Misalnya, bagaimana harus berhadapan dengan pelanggan, mengatur antrian dan memeriksa kartu kendali. Pernyataan ini juga didukung oleh Masroh, petugas SPBU di kawasan Kemandoran. “Iya, kami khawatirkan prakteknya. Nanti kan kami yang melakukan mekanismenya di lapangan, jangan sampai kami ribut dengan pelanggan karena mereka sebelumnya juga tidak tahu,” katanya.

Masroh juga menambahkan, hari ini (14/2), ada pengendara mobil berbahan bakar premium yang datang ke SPBU mereka karena hanya diizinkan mengisi bahan bakar premium sebanyak Rp 25.000 di salah satu SPBU di kawasan Sudirman. “Tadi dia ngisi lagi di sini, padahal sebelumnya sudah ngantri di Sudirman. Katanya enggak cukup,” tukasnya.

Masyarakat pengguna kendaraan bermotor, seperti mobil dan motor, tidak memiliki tanggapan yang jauh berbeda dengan para pelaku bisnis bahan bakar. Seorang ibu pemilik mobil kijang baru berwarna biru tua hanya bisa tersenyum ketika dimintai tanggapannya terhadap rencana penerapan kebijakan yang belum jelas.
“Saya mah berdoa aja, daripada pusing mikirin negara ini. Mudah-mudahan gagal tuh kebijakan,” katanya.

Yadi, yang juga sedang mengisi mobilnya dengan premium di kawasan Cawang juga merasa aneh dengan keputusan pemerintah untuk menekan subsidi BBM. “Lah, masa dibatasi sih. Kebijakan apa itu. Ya nanti kalau disuruh ganti ke pertamax, cari pasar gelap aja,” tukasnya dengan senyuman. Sontak para petugas SPBU yang ada di sekitar mobilnya tertawa terbahak-bahak. Entah menertawakan apa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar