Pelestarian orangutan sumatera atau Pongo abelii di Provinsi Jambi melibatkan partisipasi komunitas terasing suku Talang Mamak. Mereka menjadi pengasuh orangutan korban perdagangan satwa liar, yang bakal dilepasliarkan ke hutan.
Manajer Stasiun Reintroduksi Orangutan Sumatera dari Frankfurt Zoological Society (FZS) Julius Paolo Siregar, Rabu (9/9), menyatakan, keterlibatan suku Talang Mamak sudah berlangsung selama 5 tahun terakhir. Mereka menjadi pengasuh orangutan sebelum dilepas ke kawasan hutan penyangga Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT) di Kabupaten Tebo, Jambi.
”Warga Talang Mamak menjaga dan mengajari orangutan untuk hidup mandiri sebelum dilepasliarkan,” tutur Julius.
Julius menjelaskan, selama orangutan dalam tahap adaptasi, warga Talang Mamak mengajari cara mencari sendiri makanan di dalam hutan, antara lain berbagai jenis buah-buahan, daun, dan serangga, seperti rayap. Selain itu, orangutan juga diajari untuk membuat sarang di atas pohon. Orangutan yang menjalani program reintroduksi adalah yang sebelumnya pernah hidup bersama manusia. Mereka korban perdagangan satwa liar sehingga kehilangan kemampuan hidup di alam liar.
Iskandar (25) adalah salah satu warga suku Talang Mamak yang telah 4 tahun menjadi pengasuh orangutan. Menurutnya, diperlukan kesabaran untuk menjaga orangutan. ”Setiap hari saya menjaga orangutan dari pukul 06.00 hingga 18.30. Semakin baik adaptasi orangutan, makin cepat dilepasliarkan,” ujarnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar