Anda pernah begitu mengantuk di kantor, tetapi setelah meminum secangkir kopi, Anda merasa tidak banyak terbantu? Sebaliknya, mengapa Si Dia bisa begadang semalam hanya karena menengguk kopi yang sama?
Menurut sebuah penelitian baru yang dilakukan oleh University of Barcelona, pria merasa lebih terjaga -dan lebih tangkas- daripada wanita setelah mengonsumsi minuman berkafein. Dalam studi tersebut, responden diminta menyesap secangkir espresso (mengandung 100 mg kafein), lalu menilai apa yang mereka rasakan 10, 20, dan 30 menit sesudahnya. Apakah mereka merasa lebih segar? Pria dilaporkan merasa tidak begitu mengantuk hanya setelah 10 menit, dan tetap merasakan hal tersebut selama setengah jam berikutnya. Sedangkan wanita juga merasakan "tendangan" espresso ini, namun menilainya lebih lemah daripada yang dirasakan pria.
Namun anehnya, saat stimulasi kafein dikurangi, ternyata wanita justru dapat merasakannya. Dengan menggunakan metode yang sama, para peneliti mencari efek dari kopi tanpa kafein (hanya mengandung 5 mg kafein). Dalam waktu 10 menit setelah mengonsumsi kopi non kafein, wanita dilaporkan merasa lebih segar. Sedangkan para pria hanya merasakan pengaruh yang tidak begitu besar. "Wanita tampaknya cenderung lebih dapat mengalami respons placebo (kemampuan menyembuhkan atau merasa lebih baik yang berasal dari pikiran) terhadap kafein," ujar Ana Adan, Ph.D., penulis dan kepala peneliti Psychopharmacology and Drug Dependence Group di University of Barcelona.
Penelitian ini diadakan karena, menurut Adan, berbagai studi yang pernah dilakukan hanya mendemonstrasikan efek stimulan pada kafein, dan belum ada yang mencari efeknya dalam konteks gender konsumennya. Penelitian mengenai efek kafein cenderung dilakukan menggunakan persiapan, dimana kadar kafein jauh lebih tinggi daripada asupan secara normal. Menurut Adan, hal baru dari studi ini terletak pada perbedaan yang terlihat dalam pengaruhnya terhadap pria dan wanita, berdasarkan jumlah kafein yang dikonsumsi orang dalam 99 persen kasus.
Untuk mengukur efek kafein tersebut, peneliti menggunakan sampel sebanyak 668 mahasiswa (238 pria dan 450 wanita) dengan kisaran usia 22 tahun. Pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah kafein dicerna (10, 20, dan 30 menit), dan dilakukan tengah hari (pukul 11.00 hingga 13.00) dan sore hari (pukul 16.00 - 18.00). Hal bertujuan untuk mengontrol berbagai kemungkinan yang berbeda, yang mungkin disebabkan oleh waktu.
Dari hasil penelitian tersebut, Adan juga menyimpulkan, jika kita tidak terbiasa minum kopi berkafein, maka kopi decaf pun akan memberikan manfaat. Hal ini masih harus dievaluasi, apakah pengaruhnya hanya bersifat subyektif, dan apakah ada pengaruh terhadap penampilan.
kompas
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar